kabar umat

segera hadir: koran mingguan
kabar umat

Senin, 21 Februari 2011

mendidik Anak di "dunia anak" Astri Ivo

Astri Ivo
Anak adalah amanah yang harus kita jaga dengan baik. Dalam Al-Qur’an disebutkan “Quu anfusakum wa ahliikum naaron”. Dengan begitu, tugas orangtua dalam mendidik anak-anak tidak saja menghantar mereka sampai di wisuda, tapi sampai ke pintu gerbang surga.
Anak-anak harus didik secara Islami. Mengenal siapa Tuhan dan Rasul-Nya, memahami pengetahuan agama yang luas, dan inilah cikal bakal dari pendidikan anak yang sebenanrnya. Subhanallah, dalam agama Islam tidak mengenal kata terlambat. Saya sendiri, paham soal ini ketika anak saya sudah tiga. Tapi bukan berarti tidak ada solusi. Kalau kita berusaha menjadi manusia takwa, pasti Allah Swt. akan membuka jalan keluar.
Ayah dan ibu harus memiliki motivasi dan kebahagiaan dalam memberikan pengasuhan dan pendidikan untuk kepentingan anak di dunia dan diakherat kelak. Salah satu kewajiban orangtua bagi anak-anaknya adalah menjamin penghidupan yang layak, tapi yang mutlak adalah mampu melindungi anak-anak dari api neraka.
Lebih dari itu, orangtua harus visioner dalam mendidik anak. Kalau perlu sampai anak-anak memasuki bahtera rumah tangga. Bukan untuk bermaksud intervensi atau ikut campur, tapi anak, baik untuk laki-laki maupun perempuan harus diajarkan secara syari dalam proses mencari jodoh, bagaimana menjadi ibu dan ayah yang sesuai ajaran agama. Sebagaimana yang di terangkan dalam surat An-Nur “laki-laki sholeh untuk wanita sholehah”.
Memang rezeki, jodoh dan kematian itu takdir Allah. Tapi sudah fitrah manusia untuk berikhtiar menjalani hidup yang lebih baik. Karena rizqu min haitsu la yahtasib. Rizki muncul dari arah yang tidak disangka-sangka. Tugas kita adalah melakukan kewajiban kepada Allah, , maka hak-hak kita akan dipenuhi. Bayangkan, jangankan kita berdoa, minta sama Allah. Kita tidak minta pun, Allah sudah memberikan kita banyak. Jadi mendidik anak ini adalah bagian dari upaya kita menjalankan perintah-Nya, maka kita harus melakukankannya dengan sungguh-sungguh dan berdasarkan ilmu.
Memang perlu kita renungi, bahwasannya budaya pengasuhan warisan zaman dulu, tidak pernah atau sedikit sekali orangtua yang mempersiapkan anaknya menjadi calon ibu atau ayah. Padahal tugas ayah dan ibu menjadi sangat utama untuk mebentuk generasi Islam yang sesuai dengan Islam. oleh karenanya, ada perintahnya Iqra’, membaca. Tapi sayang, sebagian orang menganggap iqro ini hanya sebuah metode membaca Al-Qur’an. Padahal iqro’ ini sebuah perintah yang utama yang mana kita harus mampu membaca ayat kauniyah dan qouliyah.
Contoh kecil, seperti fenomena menutup aurat. Ini kan bukan mau kita, tapi maunya Pencipta kita. Kenapa ada batasan aurat? Ini yang harus kita pahami. Karena itu anak harus pintar. Inilah yang sebetulnya makna perintah iqra. Dengan membaca dia akan benar. Begitu dengan pria, harus bugar karena dia khalifah, dia harus memakmurkan bumi ini. inilah esensi dari pendidikan yang menyeluruh utnuk anak-anak.

Propisional dalam mendidik anak perempuan dan laki-laki berbeda
Salah satu yang utama dalam pendidikan awal anak-anak adalah mengenalkan anak kita pada Penciptanya. Maka hubungannya akan mesra dengan penciptanya. Kalau hubungan dengan penciptanya baik, maka habluminannas-ya juga akan baik. Mendidik anak laki-laki dan perempuan sebetunya sama saja, asal sesuai dengan perannya masing-masing, karena laki-laki itu jadi imam dan perempuan jadi madrasah.
Dua-duanya punya kewajiban asasi, dan mengemban tugas khalifah. Memang ada hadits yang mengatakan “jika engkau mempunyai tiga anak perempuan, dan dapat mendidiknya menjadi anak yang sholeh, maka surga pahalanya”. Tapi tidak lantas hadits ini membuat saya sedih karena saya belum dikarunia anak perempuan.
Justru ini harus menjadi semangat bagi para ibu yang memiliki anak perempuan untuk memberikan pemahaman yang tepat mengnai eksistensi perempuan di dunia ini. Anak-anak perempuan harus diberi pemahaman bahwa ibu adalah tiang Negara.
Perempuan itu memiliki banyak keistimewaannya sendiri, seperti ada surga di bawah telapak kakinya. Perempuan itu gambaran sebuah masyarakat. Sehingga perempuan dan laki-laki sama di mata Allah, tinggal bagaimana kita bisa membaca, mengambil hikmah, dan menjalankan kehidupan di dunia ini sebagaimana yang Allah mau.
Kita jangan seperti Bani Israil, beribadah sesuai selera kita, bukan selera Al-Qur’an. Nah, maksudnya kita harus membaca, tadabbur, dan memahami, mengingat-ingat apa yang Al-Qur’an ajarkan pada kita, dan mengamalkannya. Al-Qur’an itu juga banyak mendidik kita melalui kisah. 80% isinya kisah. Bagaimana mendidik anak, bagaimana gambaran istri sholehah, istri yang kafir, dilaknat Allah, ada yang dicintai, bagaimana kita berdagang, berjalan, itu semua sudah diatur oleh Allah.
Jadi sebenarnya buat saya, mendidik anak laki-laki dan perempuan itu sama. Saya mendidik mereka menjadi khalifah, saya mendekatkan mereka pada penciptanya, dan kita sebagai orang tuanya harus menjadi orang tua yang aman bagi mereka. Sebenarnya kita tidak perlu membuat mereka beriman. Allah sudah memberikan mereka bibit iman. Cuma ada yang mengingkari atau kafir, ada juga yang syahadat, mengakui. Jadi supaya dia ingat, diberilah peringatan, surat cinta.
Sebenarnya kita hanya membuat mereka menggali potensi mereka. Allah tidak pernah menciptakan manusia yang bodoh. Mereka punya kecerdasannya masing-masing. Kalau dalam bahasa psikologinya fitrah. Fitrah itu kecerdasan atau sifat ilahiyah. Manusia itu diberi sifat rahman, rahim, qudus, ‘alim, al-Qohar, dan lain-lain. Dari situlah orang tua bisa mengintip, tipe apa yang paling dominan.
Apakah dia al-Alim, apakah dia Al-Qohar? Kita cuma mengarahkan mereka ke bakat dan minat mereka. Jadi ibu itu kan sekolah, sekolah itu ada kepala sekolah, guru bahasa, guru matematika, cleaning service, kantin, ibu kantin, dan lain-lain. Seperti itulah ibu. Ibu harus bermitra dengan ayah dalam mendidik anaknya, sebagaimana Luqmanul Hakim menasihati sendiri anaknya dengan penuh cinta, yaa bunayya. Jadi laki-laki jangan menganggap anak itu hanya urusan ibu.
Bahkan Hasan Al-Banna menyiapkan sarapan anak-anaknya untuk memulai hari. Jadi suami istri harus solid untuk mendidik anak. Harus punya ilmu, harus punya parenting skill. Kita harus tahu komunikasi yang baik dengan anak-anak kita. Kita tidak bisa mendidik anak-anak kita sekarang seperti kita dididik oleh orang tua kita dulu. Rasulullah sudah mengatakan, didik anak sesuai dengan zamannya. Karena itu kita harus terus belajar. Ahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar